Usai berkeliling di Istana Merdeka, lokasi Kunjungan Tema rombongan SMP Islam Al Syukro berikutnya adalah ke Monumen Nasional (MONAS), yang terletak di seberang Istana Merdeka. Perjalanan pada Sabtu, 13 Februari 2010 ini pun berlanjut ke MONAS, sebagai tujuan akhir sebelum kembali ke sekolah di Ciputat, Kota Tangerang Selatan.

Menurut Guru Bidang Studi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SMP Islam Al Syukro, Bapak Kosaman SE, tidak semua wahana di MONAS dapat dinikmati, terutama untuk bisa naik ke atas MONAS dengan menaiki lift selama kurang-lebih tiga menit.

“Sayangnya, karena memang sedang ditutup, maka kita tidak dapat naik ke atas MONAS dan menuju persis dibawah ‘emas’-nya MONAS yang ber-design lidah api itu. Padahal, kalau bisa ke atas MONAS, kita bisa melihat ibukota DKI Jakarta dan sekaitarnya dari ketinggian MONAS yang mencapai 132 meter. Karena itu, para siswa SMP Islam Al Syukro ‘terpaksa’ hanya dapat menikmati diorama-diorama atau visualisasi tiga dimensi tentang sejarah bangsa Indonesia di ruang bawah tanah MONAS atau di Museum Sejarah Perjuangan Nasional itu,” tuturnya dengan nada agak sedikit menyesal.

Diantara diorama yang ada di MONAS---yang didirikan pada tahun 1959, dan diresmikan pada 1961---itu, kata Pak Kosaman, ada yang menggambarkan tentang perjuangan rakyat Aceh dalam melawan dan mengusir penjajah. Ada sekitar 48 diorama yang disaksikan oleh para siswa SMP Islam Al Syukro, mulai dari zaman sebelum Perang Kemerdekaan, hingga masa Pemberontakan G30S/PKI.

Menurut banyak sumber, tugu MONAS sendiri mulai dibangun pada bulan Agustus 1959. Keseluruhan bangunan Monas dirancang oleh para arsitek Indonesia yaitu Soedarsono, Frederich Silaban dan Ir Rooseno. Pada tanggal 17 Agustus 1961, MONAS diresmikan oleh Presiden (pertama RI) Ir Soekarno. Dan mulai dibuka untuk umum sejak 12 Juli 1975. Dari atas MONAS, bila udara cerah, pengunjung dapat melihat Gunung Salak di Jawa Barat maupun Laut Jawa dengan Kepulauan Seribu.