Dibalik suksesnya pementasan drama berbahasa Inggris yang berjudul THE LEGEND OF MALIN KUNDANG yang dipentaskan oleh siswa-siswi kelas IV dan V SD Islam Al Syukro pada saat FESTIVAL BUDAYA AL SYUKRO 2010 (Sabtu, 12 Juni 2010) adalah berkat sang penulis naskah (scriptwriter) sekaligus pengarah adegan yaitu Ibu Dewi Kurnia, mantan Ketua POS SDI Al Syukro.
   Lantas bagaimana dinamika dalam melatih para siswa-siswi untuk mementaskan drama dalam Bahasa Inggris? Berikut, adalah petikan wawancara dengan Ibu Dewi, yang juga menjadi Dosen Bahasa Inggris di Universitas Nasional, Jakarta; juga bekerja sebagai freelancer di Sekolah Kharisma Bangsa, Pondok Cabe, Tangerang Selatan.

oooOooo

Drama Malin Kundang ini dipentaskan dalam Bahasa Inggris. Bisa dijelaskan awal idenya?
   Ini drama berbahasa Inggris dengan legenda rakyat Malin Kundang yang sudah familiar bagi anak-anak. Tapi, karena ingin menonjolkan bahwa sekolah ini adalah bilingual, maka kita men-translate-nya dalam bahasa Inggris menjadi The Legend of Malin Kundang.

Proses pencarian pemerannya bagaimana?
   Saya sempat casting anak-anak dari kelas IV dan V, karena untuk drilling-nya ke dalam bahasa Inggris akan lebih mudah. Apalagi, dengan menggunakan bahasa Inggris, ada naskah-naskah drama yang memang harus dihafal. Hasilnya ada 15 anak yang berhasil kita pilih untuk ikut dalam drama ini, dari kelas IV dan V.

Setelah itu?
   Dari ke-15 anak ini, kita bagi lagi menjadi pemain peran utama, pemain peran pembantu, figura dan lainnya. Mereka sudah intens berlatih selama dua bulan, dan alhamdulillah lancar. Antusiasme anak-anak sangat baik karena mereka terpacu untuk mementaskan drama ini dalam bahasa Inggris.

Bagaimana respon pihak sekolah?
   Kepala SD Islam Al Syukro yaitu Bapak Supangat Rohani MA pun sangat apresiatif sekali dengan drama berbahasa Inggris ini. Bahkan Pak Supangat berpesan agar drama berbahasa Inggris harus menjadi ciri khas tampilan siswa-siswi SD Islam Al Syukro, dan musti dipentaskan setiap tahun. Ini rencana bagus, setidaknya untuk jangka panjangnya ke depan. Karena, bila sekolah ini sudah memiliki kelompok drama yang mementaskannya dalam bahasa Inggris, maka kegiatan ini bisa “dijual” dalam bentuk brosur, spanduk dan lainnya sebagai bentuk promosi. Sekaligus, membenahi program bilingual di sekolah ini. Sehingga anak-anak bisa fasih dalam berbahasa Inggris melalui berbagai kegiatan di luar kelas, seperti English Club, English Room dan sebagainya.

Apa yang sulit dalam melatih drama berbahasa Inggris?
   Yang sulit adalah pemahaman mereka tentang vocabulary. Sehingga, waktu kita casting mereka pun, hanya sebatas pada teknis reading saja. Kita baca sama-sama, dan satu kata demi kata diterjemahkan kepada mereka, untuk dapat mereka pahami sehingga akan masuk kepada penjiwaan mereka dalam memainkan peran pada drama ini.
   Lalu, soal spelling. Dimana saya melatih mereka untuk mengucapkan kata demi kata dalam pengucapan yang benar. Termasuk intonasi, stressing dan pronounciation, termasuk mendorong mereka untuk dapat menghayati peran masing-masing. Selain itu, bagi mereka juga agak kesulitan dalam menghafal naskah drama ini. Untuk itulah, ketika latihan, saya mengajarkan kepada anak-anak untung menghafal sepenggal demi sepenggal kata-kata dalam naskah. Jadi secara bertahap dulu, barulah kemudian per kalimat demi kalimat.

Nilai moral yang hendak disampaikan drama ini apa?
    Nilai moral atau moral value yang hendak dicapai dalam pementasan drama ini adalah, sama seperti legenda rakyat “Malin Kundang” itu sendiri, dimana harus menghormati orang tua. Kemudian, kalau sudah berharta atau kaya raya, tidak boleh menjadi orang yang takabur. Sedangkan bagi anak-anak sendiri, moral value yang lain adalah, pelajaran bahwa biar bagaimana pun, orang tua kita adalah tetap orang tua kita. Karena itu, kita harus menghargai orang tua sebaik-baiknya,     sebab kalau tidak, atau menjadi anak yang durhaka maka Allah SWT akan murka.

Apa kalimat kunci dari naskah drama ini?
   Ada kalimat yang disampaikan oleh ibunda Malin Kundang. Bunyinya begini, “Just tell me that I’m your mother. I will forgive you, Malin”. Nah, ini kalimat yang paling menjadi andalan bagi nilai moral seorang anak terhadap orang tuanya, dalam hal ini ibunya. Cukup bagi seorang ibu, adalah pengakuan dari seorang anak atas statusnya sebagai ibu, bukan justru harta yang berlimpah, seperti yang dimiliki oleh Malin Kundang. (fdl)