Diantara para tamu undangan yang hadir dalam acara FESTIVAL BUDAYA AL SYUKRO 2010, pada Sabtu (12 Juni 2010) adalah aktor kawakan nasional Bapak Didi Widiatmoko alias Didi Petet bersama dengan istri tercinta. Bapak Didi Petet adalah juga salah satu dari orang tua siswa, lantaran tiga dari enam orang anaknya (sempat dan masih) bersekolah di Sekolah Islam Al Syukro. Ketiganya adalah Jaro (kini kuliah di Universitas Trisakti), Dayana (melanjutkan ke SMA Avicenna) dan Batara.
Menurut Pak Didi Petet yang pernah memerankan tokoh Emon dalam Film Catatan si Boy di era 1980-an ini, acara Festival Budaya yang digagas dan dilaksanakan oleh Persatuan Orangtua Siswa (POS) SD Islam Al Syukro patut diapresiasi tinggi dan semestinya lebih diperbanyak. “Jangan hanya satu tahun sekali saja,” tuturnya kepada H.R Fadlireporter www.alsyukro- yadai.com. Berikut, petikan wawancara dengan Pak Didi Petet:
oooOooo |
Apa tanggapan Bapak dengan acara Festival Budaya ini?
Anak-anak begitu antusias. Begitu pula dengan antusiasme orang tua. Ini membuktikan bahwa acara seperti ini sangat penting dan sangat dibutuhkan.
Kegiatan seperti ini hendaknya lebih diperbanyak. Sehingga budaya, sejak SD sudah dipahami dan dimengerti oleh para siswa-sisiwi sebagai anak bangsa.
Diantara acaranya adalah pementasan drama. Menilainya bagaimana?
Kalau mau mementaskan teater, juga harus mendidik bagaimana cara menonton, menyiapkan tempat duduk, sound system yang baik dan berbagai halnya. Jangan sampai ada kesan, bahwa yang namanya budaya, hanyalah sekedar seadanya saja. Meskipun, pementasan drama dalam Festival Budaya Al Syukro 2010 ini sudah terbilang bagus, karena ada panggung yang sengaja disiapkan untuk pementasan tersebut.
Dengan drama itu mendorong anak berani tampil di depan publik. Hal lain?
Soal keberanian anak-anak untuk tampil dalam pementasan drama, saya pikir ini adalah kemajuan yang sangat luar biasa sekali. Memang, drama itu penting buat anak-anak dan orang tua karena menghargai satu sama lain. Selain, menghayati peran yang dimainkan, sehingga anak-anak bisa memahami etika dan sebagainya, juga melalui teater.
Kegiatan teater dan nilai plus untuk anak itu apa saja?
Teater itu harus disadari bisa sebagai alat untuk melakukan kegiatan-kegiatan untuk saling menghargai. Dan keberanian anak untuk tampil di depan publik, di atas panggung, itu juga penting. Dengan demikian terciptalah keseimbangan antara otak kiri dan otak kanan. Sehingga, para siswa yang lulus dari SD Islam Al Syukro ini dapat memiliki bekal, atau nilai plus yang cukup untuk masa depan.
Bahwa ini adalah wujud kerja keras dari POS SD Islam Al Syukro?
Kebudayaan Indonesia yang berbeda-beda ini harus dikenalkan kepada anak-anak sejak dini sebagai sebuah kekuatan bangsa. Kalau tidak, anak-anak tidak akan bangga dengan keberagaman dan keunikan negeri ini. Diantaranya melalui teater, Festival Budaya dan sebagainya. Untuk itulah, saya memberi apresiasi yang sangat tinggi sekali terhadap ibu-ibu yang tergabung dalam Persatuan Orangtua Siswa (POS) SD Islam Al Syukro. Keberadaan dan kinerja POS SD Islam Al Syukro ini menjadi salah satu berkah juga bagi Sekolah Islam Al Syukro ini. Tanpa mereka, rasanya acara Festival Budaya Al Syukro 2010 ini tidak akan terjadi seperti ini. (fdl)