Menjadi sangat tepat apabila Persatuan Orangtua Siswa (POS) SD Islam Al Syukro dalam menggelar Acara FESTIVAL BUDAYA AL SYUKRO 2010 pada hari Sabtu, 12 Juni 2010, diantaranya turut mengedepankan nuansa batik sebagai wujud menanamkan kecintaan para siswa terhadap salah satu ikon budaya bangsa Indonesia ini.
   Kata "batik" berasal dari gabungan dua kata bahasa Jawa: "amba", yang bermakna "menulis" dan "titik" yang bermakna "titik". Berdasarkan teknik pembuatannya, batik dibedakan menjadi dua, yaitu Batik tulis (kain yang dihias dengan teksture dan corak batik menggunakan tangan. Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan), dan Batik cap (kain yang dihias dengan teksture dan corak batik yang dibentuk dengan cap, biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik cap ini membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari.
   Batik, merupakan salah satu dari beragam kebudayaan kerajinan bernilai tinggi yang di miliki oleh bangsa Indonesia. Seluruh dunia pun telah mengakui bahwa kebudayaan kerajinan Batik merupakan kebudayaan asli milik bangsa Indonesia, hal ini dipertegas oleh UNESCO (The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization atau Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan dibawah Perserikatan Bangsa-Bangsa/PBB) dengan meresmikan Batik sebagai ikon budaya bangsa yang memiliki keunikan serta simbol dan filosofi yang mendalam mencakup siklus kehidupan manusia pada tanggal 2 Oktober 2009 di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.
   Sejak tanggal itulah, oleh UNESCO, batik telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity).
   Seni budaya bangsa yang mencerminkan pribadi bangsa ini yang telah di wariskan dari generasi ke generasi, merupakan tanggung-jawab sebagai anak bangsa untuk melestarikan kebudayaan kerajinan bernilai tinggi ini.
Berikut ini adalah cara untuk membuat batik tulis:
Untuk membuat “Batik Tulis” dibutuhkan antara lain :

  • Kain putih putih lebar 1,10 meter dan ini kita sebut “White Cambric”. Jadi khusus / special kain tersebut untuk batik. Biasanya kain tersebut harus kita beli 1 piece, dan ini berukuran 17 ½ yard x42 inch. Dari kain berukuran ini dapat kita bagi menjadi 6 helai kain. Tetapi sekarang di Jogja dan Solo kita dapat membeli 1 lembar atau beberapa lembar yang kita butuhkan ( 1 lembar=2 ½ meter).

Cara mengolah kain :
   Sebelum kain ini di batik, kita cuci terlebih dahulu, dan kalau akan di batik dengan menggunakan warna (seperti kain dari pekalongan ), harus di “ketel” atau di “loyor” terlebih dahulu. Sesudah di cuci atau di ketel, lalu di “kanji” di teruskan dengan di “kemplong”. Dan mencucinya tidak boleh menggunakan sabun, maksud dari pencucian tersebut ialah untuk menghilangkan kanji pabrik dan lemak.
Yang di butuhkan untuk membatik:

  • satu kompor kecil atau anglo kecil (prapen)
  • satu wajan kecil dan malam batik
  • lima biji canting, yang terdiri dari (satu untuk ngengreng / klowongan, satu untuk isen-isen, satu untuk cecekan/ titik-titik, satu untuk tembokan, satu untuk seret dua/garis yang berjejeran).
  • Beberapa helai “ijuk” yang halus sampai yang kasar, ini kita pergunakan untuk “menyogok” bila canting yang kita pakai buntu. Cara mengetel atau mengloyor kain putih tersebut di cuci tanpa sabun lalu di jemur sampai kering.

Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk mengetel :
   Minyak kacang : minyak klenteng, minyak jarak atau minyak wijen. Dan, Air abu dari merang, abu dapur atau soda pabrik. Biasanya yang kita pakai landa merang dengan minyak kacang dengan perbandingan: 75 cc minyak kacang, 20 gram air merang (landa), setengah liter atau satu liter air biasa (ini ukuran untuk satu lembar kain putih )
Tahap Pertama:
   Air setengah liter di campur dengan 20 gr landa atau air merang atau air soda abu dan di adul-aduk samapai campur betul. Kemudian minyak kacang 75 cc dimasukkan campuran tersebut akan menjadi berwarna kuning dan akhirnya berubah menjadi putih seperti susu. Kain putih yang sudah di cuci dan kering tadi dimasukkan, diaduk/diuleni sampai rata, lalu di jemur sampai kering. Pengadukkan (menguleni) ini diulangi sampai 20 kali, dan setiap kali pengadukan air yang seperti susu tadi di tambahai setengah liter air soda/landa. Sesudah di uleni sampai bersih tanpa sabun lalu di kanji. Jika mengkanji kain tersebut jangan langsung dijemur, tetapi dibiarkan dahulu sampai air kanjinya sampai habis menetes, kalau sudah agak mengering, baru di jemur sampai kering. Kemudian di “kemplong”.
Caranya Mengemplong :
   Kain yang telah kering tadi lalu di gulung, ditaruh diatas kayu yang halus , panjangnya kira-kira satu meter dan kain tersebut dipukul-pukul dengan palu kayu. Agar kain tersebut tidak kotor, sebaiknya dibungkus dengan kain putih. Kita pukul-pukul sampai kain tersebut halus, karena itu tidak boleh di setrika, sebab serta kain akan tertarik dan akan merusak batikan kita.
Caranya Membatik :
   Malam dimasukkan dalam wajan, dipanaskan sampai cair, canting klowongan dimasukkan dalam malam yang panas, kita ambil sedikit, baru kita mulai membatik pada kain putih tersebut. Cara menggambar di atas kain (membatiknya) harus terlihat dari belakang, agar supaya kelihatan di batik dibaliknya (di terusi) dan tidak mudah hilang, kalau nantinya diberi warna. (fdl, dari berbagai sumber)