Hari Minggu (25 April 2010) pagi hari. Satu demi satu, para siswi SD Islam Al Syukro nampak sigap merangkak di atas rerumputan. Mereka tak gentar melintasi halang rintang yang sengaja dipasang oleh pembina Pramuka dengan menggunakan tali rafia merah. Tubuh mereka terus merangkak hingga keluar jalur rintangan. Setelah berhasil, masih ada tugas lain. Mereka harus memasukkan sedotan plastik ke selipan bendera merah putih yang terbuat dari kertas. Sehingga jadilah bendera merah putih lengkap dengan tangkainya, dan setelah kembali ke pos semula. Aktifitas yang sama pun, estafet terus.
   Begitulah gambaran di Pos Outbond yang dijalankan oleh para siswa-siswi kelas IV dan V SD Islam Al Syukro. Kegiatan ini menjadi bahagian dari agenda acara PERSAMI (Perkemahan Sabtu Minggu) pada Jambore SD Islam Al Syukro 2010 (tanggal 24 - 25 April).
   Sehari sebelumnya atau Sabtu, 24 April 2010), siswa-siswi kelas I, II dan III SD Islam Al Syukro, telah menuntaskan PERSARI (Perkemahan Satu Hari), juga pada acara Jambore Pramuka yang sama.
   Menurut Bapak Yayat Nurhidayat SP, selaku Wakil Kepala SD Islam Al Syukro bidang Kesiswaan, Jambore ini untuk melatih kemandirian, mengasah kreatifitas dan menjadi event kebersamaa. “Karena para siswa sangat menikmati betul Jambore SDI Al Syukro 2010 ini. Sekaligus kita mengapresiasi kegiatan ekskul wajib Pramuka yang telah diikuti oleh para siswa selama satu tahun. Artinya, dalam Jambore ini kita bisa lihat hasil-hasil dari kegiatan kepramukaan yang dilaksanakan satu kali seminggu,” ujarnya.
   Malah mungkin, kata Pak Yayat, Jambore SDI Al Syukro ini akan bisa menjadi event reguler. “Karena lokasinya mendukung alias cocok untuk camping, Sumber Daya Manusia (SDM) kita pun mencukupi, apalagi selain para guru, masih ditambah lagi dengan sejumlah pelatih Pramuka yang lebih profesional dalam hal kepanduan. Untuk Jambore SDI Al Syukro yang perdana ini, kami mendatangkan pelatih Pramuka dari Universitas Islam Negeri (UIN) ‘Syarif Hidayatullah’ Jakarta. Tapi, rencana me-reguler-kan Jambore Pramuka ini belum diputuskan, karena kami pun sudah punya event rutin setiap dua tahun sekali yaitu ‘Pesantren Kilat’, yang teknis acaranya mirip-mirip Jambore karena perlu menginap satu malam,” tuturnya.
   Pak Yayat menambahkan, dari sisi antusiasme peserta, alhamdulillah mereka enjoy, sangat menikmati. “Ini pengalaman yang sangat baru bagi mereka, karena mungkin jarang ada diantara siswa yang sudah pernah ikut pelaksanaan Jambore kepramukaan yang teknisnya seperti camping ini. Apalagi ada acara api unggun yang membuat peserta sangat surprise,” katanya.
Pentas Kreatifitas
   Dilanjutkan Pak Yayat, dalam kegiatan Jambore SDI Al Syukro 2010, digelar pula ‘Pentas Kreatifitas’ siswa yang menampilkan lagu-lagu, puisi dan Tari Saman. “Khusus untuk Tari Saman, para siswa ini nampaknya terinspirasi oleh kakak-kakak kelas mereka yang sangat mahir menarikannya, lalu mereka mencuplik bahagian-bahagian Tari Saman dan jadilah pementasan singkat Tari Saman yang menarik. Ada pula seni akrobatik, yang dilakukan oleh Adzan Fariq alias Erik (siswa kelas V-A, sang juara ke-II Lomba Atletik tingkat SD se-Kota Tangerang Selatan). Erik mempertontonkan bahagian dari olahraga atletik yakni Lompat Jauh, dengan meloncati sejumlah teman-temannya,” urainya.
    Ada juga penampilan Drama oleh beberapa kelompok peserta dengan sangat kreatif. “Selain itu, ditampilkan pula atraksi yang belum pernah ada di sekolah ini, yaitu akrobat membentuk pola ke atas dari susunan sejumlah anak, ini mirip gaya para cheerleaders. Terlihat pula bakat-bakat penguasaan panggung (stage) dari anak-anak secara spontanitas, meski jujur saja mereka belum pernah diajarkan secara khusus mengenai hal ini,” ujarnya.
   Menurut Pak Yayat, proses pemasangan tenda camping (yang berukuran cukup besar) juga menjadi pengalaman baru bagi para siswa. “Ada yang belum tahu fungsi tali ikat pada tenda. Ada yang sampai perlu memotong bambu untuk memasang tenda, padahal sesungguhnya hal itu tidak perlu. Jadi, cukup ribet, tapi memberi pengalaman, sekaligus pengetahuan baru bagi siswa,” ungkapnya sembari tersenyum.
   Dikatakannya, para siswa peserta Jambore nampaknya mengalami susah tidur. “Kebetulan, hawa cukup panas, tidak ada angin semilir, bahkan sebagian siswa bilang di tenda banyak semut dan lain-lain. Jadi karena tidur mereka hanya sebentar, saat sholat tahajud pun hanya sebentar lantaran mereka mengantuk, plus renungan rohani dan do’a muhasabah bagi keselamatan diri, orangtua serta keluarga, itu pun secara singkat. Tapi, setelah selesai tahajud, mereka diperintahkan beristirahat kembali ke tenda, dan nampak sebagian besar siswa langsung bisa tertidur pulas,” paparnya. (fdl)