Bila siswa kelas I SD Islam Al Syukro melaksanakan field trip ke Pusat Kebudayaan India (Indian Cultural Centre), maka di hari yang sama (Selasa, 16 Februari 2010), para siswa kelas II, III dan IV SD Islam Al Syukro justru mengarahkan fokus perhatiannya ke Pusat Budaya Betawi di Situ Babakan, Kecamatan Srengseng Sawah, Jakarta Selatan.
Menurut Ketua POS SD Islam Al Syukro, Ibu Diah Perdana Kartikasari, lokasi yang menjadi tujuan field trip ini adalah area yang dijaga sebagai pusat Perkampungan Budaya (Asli) Betawi.
”Para siswa menelisik lebih jauh mengenai proses pembuatan makanan dan minuman yang khas Betawi, seperti Kerak Telor, dan Bir Pletok yang dijamin halal karena dibuat dari rempah-rempah yang justru penuh khasiat,” tutur Ibu Ika, panggilan akrab Diah Perdana Kartikasari.
Yang menarik, katanya lagi, karena minuman tersebut dinamakan sebagai Bir Pletok, para siswa sempat bertanya-tanya, apakah minuman tradisional tersebut haram dan memabukkan?
”Setelah mendapat penjelasan dan mereka ikut melihat sendiri proses pembuatan minuman Bir Pletok, maka mereka baru mengerti bahwa Bir Pletok itu halal, segar dan boleh dikonsumsi oleh siapa saja termasuk para siswa,” ungkapnya.
Selain memahami proses makanan dan minuman asli Betawi, imbuh Ibu Ika, anak-anak juga mempelajari tentang musik dan alat musik khas Betawi. ”Seperti misalnya, Tanjidor dan Gambang Keromong,” terangnya sembari menambahkan bahwa para siswa pun menikmati langsung alunan musik khas Betawi yang dimainkan oleh para musisi yang selalu stand by di Pusat Budaya Betawi, Situ Babakan.
Kepada para siswa, kata Ibu Ika, diperkenalkan pula tarian asli Betawi seperti Tari Yapong dan Tari Cokek. Khusus untuk Tari Cokek, biasanya ditarikan secara berpasangan, laki-laki dan perempuan. Tarian khas Tanggerang ini diwarnai budaya etnik China. Penarinya mengenakan kebaya yang disebut Cokek. Tarian Cokek mirip Sintren dari Cirebon, atau sejenis Ronggeng di Jawa Tengah.
Sebagai pembukaan pada Tari Cokek ialah Wawayangan. Penari Cokek berjejer memanjang sambil melangkah maju mundur mengikuti irama Gambang Keromong. Rentangan tangannya setinggi bahu meningkah gerakan kaki.
Setelah itu mereka mengajak tamu untuk menari bersama,dengan mengalungkan selendang. pertama-tama kepada tamu yang dianggap paling terhormat. Bila yang diserahi selendang itu bersedia ikut menari maka mulailah mereka ngibing, menari berpasang-pasangan.
Selain itu, kata Ibu Ika, sejumlah siswa juga penasaran dengan mengajukan pertanyaan seputar leganda pahlawan perjuangan asal Betawi, yakni Bang Pitung dan Bang Ji’ih, kepada pendamping mereka yakni staf yang bekerja pada Pusat Budaya Betawi.
Adapun fakta tentang Situ Babakan itu sendiri, kawasan ini adalah merupakan danau buatan seluas 32 hektar yang airnya berasal dari Sungai Ciliwung. Danau ini juga merupakan tempat untuk rekreasi air seperti memancing dan sepeda air. Taman disekitarnya ditanami dengan beragam pohon buah-buahan seperti Pisang, Kelapa dan Jambu Biji. Terdapat pula rumah adat tradisional Betawi yang konon dibangun kembali pada 1920. (fdl)