SD Islam Al Syukro field trip ke Pusat Kebudayaan India di Jakarta (1)
- Details
- Berita SD
- Hits: 4682
“Bagaimana caranya, kita ini mengupayakan hal kreatif untuk mengajak para siswa SD Islam Al Syukro, seolah-olah pergi ke India untuk mempelajari seni dan budayanya, tanpa harus benar-benar terbang ke India yang sesungguhnya”.
Itulah luncuran jawaban Ketua Persatuan Orangtua Siswa (POS) SD Islam Al Syukro, Ibu Diah Perdana Kartikasari ketika dimintai tanggapannya mengapa memilih Pusat Kebudayaan India (Indian Cultural Centre) Jawaharlal Nehru di Jalan Imam Bonjol No.32 Menteng, Jakarta Pusat sebagai salah satu tujuan field trip atau karyawisata, pada Selasa, 16 Februari 2010 kemarin.
Ditambahkan, pemilihan Pusat Kebudayaan India ini dengan maksud untuk lebih memperkenalkan siswa pada seni dan budaya negeri tempat asalnya Film Bollywood---industri film paling produktif sedunia---itu.
“Di sini, anak-anak siswa kelas I SD Islam Al Syukro dapat lansung mempelajari seluk-beluk tari ‘Kathak’ yang menggunakan asesoris bunyi-bunyian di pergelangan kaki,” tutur Ibu Ika, sapaan akrab Diah Perdana Kartikasari. Selain itu, siswa juga dapat mempelajari alat musik khas India yakni ‘Tabla’. Juga, sedikit banyak mempelajari olahraga senam meditasi seperti ‘Yoga’.
Sekedar tahu saja, Tarian India juga terdiri dari bentuk-bentuk tari klasik dan tari rakyat. Di antara tari rakyat India yang dikenal luas, umpamanya Bhangra dari Punjab, Bihu dari Assam, Chhau dari Benggala Barat, Jharkhand dan Sambalpuri dari Orissa, serta Ghoomar dari Rajasthan.
Sejauh ini, Akademi Musik, Tari dan Drama Nasional India telah mengakui delapan bentuk tari sebagai tari klasik India. Di antara kedelapan tarian tersebut sebagian di antaranya dilengkapi narasi dan dipengaruhi unsur-unsur mitologi Hindu.
Kedelapan tari klasik India yang dimaksud adalah Bharatanatyam dari Tamil Nadu, Kathak dari Uttar Pradesh, Kathakali dan Mohiniyattam dari Kerala, Kuchipudi dari Andhra Pradesh, Manipuri dari Manipur, Odissi dari Orissa, dan Sattriya dari Assam.
Di Pusat Kebudayaan India Jawaharlal Nehru---mengambil nama dari sosok Perdana Menteri India yang pertama, saat kemerdekaan dari Britania pada 15 Agustus 1947---itu, para siswa kelas I SD Islam Al Syukro ini juga menyaksikan film dokumenter tentang seni dan kebudayaan yang mengakar serta berkembang di Republik India (sebuah negara di Asia yang jumlah penduduknya terbanyak kedua di dunia).
Sudah barang tentu, dalam film tersebut ada yang menyinggung tentang pakaian khas masyarakat India yang berbeda-beda menurut daerahnya di India. Warna-warni dan gaya pakaian tradisional bergantung pada berbagai faktor, terutama iklim. Pakaian berupa kain yang disampirkan merupakan gaya busana yang populer di India. Wanita mengenakan pakaian yang disebut sari, dan pria mengenakan pakaian yang disebut dhoti atau lungi. Pakaian dari kain yang dijahit juga populer, seperti salwar kameez yang dikenakan wanita. Pria mengenakan kurta berikut piyama, selain celana panjang dan kemeja gaya Eropa yang juga populer.
Yang jelas, kata Ibu Ika lagi, program field trip adalah merupakan kegiatan rutin dari POS SD Islam Al Syukro.
”Dimana untuk pelaksanaan pada tahun ini, kegiatan field trip mengambil acuan atau benang merah dari kegiatan-kegiatan POS sebelumnya, semisal program Apresiasi Sastra dan Students Art Performance yang telah kita laksanakan dengan sukses dan meriah pada pertengahan Desember 2009.
”Insya Allah, nanti di bulan Mei 2010 nanti, kita akan menggelar Festival Budaya dengan mengambil tema yang lebih menajamkan lagi kepada konteks Seni dan Sastra. Acara Festival Budaya ini sekaligus merupakan penutup rangkaian atas benang merah untuk tema kegiatan POS selama tahun berjalan ini,” jelas Ibu Ika. (fdl)