Silaturahim Idul Fitri 1431 H bersama Ketua MUI Kota Tangerang Selatan (2)
- Details
- Berita Al Syukro
- Hits: 4380
Acara silaturahim dan ceramah agama bertajuk halal bihalal Yawada'i diselenggarakan di mushola Gedung PDST Sekolah Islam Al Syukro, Ciputat, pada Senin (20 September 2010). Bertindak selaku penceramah tamu dalam acara ini adalah Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Tangerang Selatan (Tangsel) Bapak KH Muhammad Saidi. Dalam ceramahnya, Kiai Saidi mengingatkan bahwa tradisi halal bihalal seusai menunaikan kewajiban berpuasa selama bulan suci Ramadhan hanya terdapat di Indonesia saja.
“Pelaksanaannya biasa dilakukan sepanjang bulan Syawal. Dalam kaidah agama, Syawal itu artinya meningkat. Sehingga secara tepat kita dapat menyimpulkan bahwa sudah sepantasnya dan selayaknya apabila umat Islam yang telah berpuasa Ramadhan, dapat meningkatkan ketaqwaan dan kualitas dirinya masing-masing pada bulan Syawal ini. Karena, kembali kepada pengertian bahasa, Syawal itu bermakna Peningkatan,” tuturnya.
Selain itu, kata Kiai Saidi, ajang kumpul-kumpul silaturahim dalam suasana Idul Fitri 1431 H ini adalah merupakan satu dari sekian banyak kenikmatan yang diberikan oleh Allah SWT. “Sehingga, sudah selayaknya patut disyukuri. Karena, yang namanya kenikmatan dari Allah SWT itu, biasanya adalah bersifat seperti binatang liar. Dan biasanya, untuk menjaga agar binatang liar tidak pergi atau kabur, maka sudah selayaknya diikat atau dikandangkan. Arti kiasan ini mencerminkan bahwa, bila kenikmatan-kenikmatan dari Allah SWT yang telah diberikan kepada kita ini tidak disyukuri, maka justru akan pergi dan lari meninggalkan kita. Lagipula, bukankah setiap kenikmatan dari Allah SWT itu memang harus disyukuri, apalagi, orang yang bersyukur itu adalah orang yang senantiasa mensyukuri nikmat Allah SWT dan hidupnya tak pernah mengeluh,” tegas kiai yang kini telah berusia 66 tahun. Dalam ceramahnya yang banyak dibumbui humor sehingga memancing tawa terkekeh para peserta acara silaturahim ini, Kiai Saidi mengatakan, ada lima hal yang seharusnya melandasi setiap upaya untuk mengembangkan dan memajukan lembaga pendidikan, dalam hal ini sekolah Islam.
“Kelima hal yang dimaksud itu adalah “SOLAT” yakni Subyek (guru), Obyek (siswa), Lingkungan, Alat, dan Tujuan. Guru, harus memiliki keteladanan yang tidak saja ia tunjukan di dalam kelas, tapi juga di luar kelas. Siswa, adalah calon penerus kemajuan bangsa di masa depan, sehingga harus dididik dengan tempaan yang sangat profesional, dan penuh kasih sayang. Lingkungan, harus terjaga dan terjamin dalam mendukung proses pembelajaran, termasuk lingkungan keluarga dari siswa yang bersangkutan. Adapun Alat, adalah kebutuhan yang teramat penting dalam menunjang, mengembangkan dan memajukan pendidikan. Sedangkan Tujuan, harus dicamkan oleh seluruh insan pendidik di suatu sekolah, dimana dengan tujuan pendidikan yang jelas, maka arah dan perkembangan pendidikan dari suatu lembaga pendidikan akan semakin nyata sesuai dengan kebutuhan yang semakin hari kian bertambah banyak,” urainya. (fdl)