Diantara para tamu undangan yang hadir dalam acara FESTIVAL BUDAYA AL SYUKRO 2010, pada Sabtu (12 Juni 2010) adalah aktor kawakan nasional Bapak Didi Widiatmoko alias Didi Petet bersama dengan istri tercinta. Bapak Didi Petet adalah juga salah satu dari orang tua siswa, lantaran tiga dari enam orang anaknya (sempat dan masih) bersekolah di Sekolah Islam Al Syukro. Ketiganya adalah Jaro (kini kuliah di Universitas Trisakti), Dayana (melanjutkan ke SMA Avicenna) dan Batara.
   Menurut Pak Didi Petet yang pernah memerankan tokoh Emon dalam Film Catatan si Boy di tahun 1987 ini, acara Festival Budaya yang digagas dan dilaksanakan oleh Persatuan Orangtua Siswa (POS) SD Islam Al Syukro patut diapresiasi tinggi dan semestinya lebih diperbanyak. “Jangan hanya satu tahun sekali saja,” tuturnya kepada H.R Fadlireporter www.alsyukro-yadai.com. Berikut, petikan wawancara dengan Pak Didi Petet:

oooOooo

Keunggulan Sekolah Islam Al Syukro menurut Pak Didi?
   Keunggulan sekolah Al Syukro ini adalah pada pembelajaran agama yang kuat. Itu pula salah satu alasan kenapa saya menyekolahkan tiga anak saya---yaitu Jaro, Dayana, dan Batara---di Sekolah Islam Al Syukro ini, yaitu karena pembelajaran agamanya yang kuat.
   Dengan demikian, anak-anak dapat menjadi pribadi-pribadi yang tidak tergoyahkan oleh persoalan-persoalan di luar sana yang sangat mendasar dan tidak bisa diselesaikan oleh apapun kecuali oleh agama. Insya Allah, siswa-siswi di Sekolah Islam Al Syukro sangat kuat dari segi agamanya, dalam hal menyelesaikan persoalan-persoalan di luar tersebut.
   Anak-anak saya, Alhamdulillah lebih dapat memilih dan memilah pergaulan yang baik dan positif. Ini yang paling utama saya syukuri, dan antara lain adalah karena pembelajaran agama yang baik di Sekolah Islam Al Syukro ini.

Hal lain yang musti diperbaiki dari sekolah ini?
   Penghargaan terhadap murid harus lebih dikedepankan oleh sekolah ini. Selain itu, guru harus menjadi teman bagi siswa, karena insya Allah, anak-anak akan dapat cepat menangkap dalam belajar. Harapan saya, pembelajaran itu tidak dilakukan dengan satu arah, tapi lebih interaktif, menyenangkan, bersahabat dan memacu anak-anak untuk dapat lebih mengeksplorasi diri dan keilmuannya sendiri. Hilangkan anggapan bahwa guru tidak boleh salah, ha ha ha… Guru boleh kok salah, karena ini adalah untuk memicu dan memacu anak untuk lebih berinteraksi dalam keilmuan. Semua ini bisa dijalankan oleh Sekolah Islam Al Syukro, karena sekolah ini sudah menerapkan metoda kelas kecil yang jumlah siswanya sedikit.

Untuk pengadaan sarana-prasarana, ekstra kurikuler sekolah ini bagaimana?
   Kalau soal sarana dan prasarana serta kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler yang ada, di sekolah ini sudah sangat luar biasa. Anak saya ikut kegiatan bela diri, ikut olahraga bola basket dan lainnya. Tapi ‘kan bukan itu saja yang kami sebagai orangtua harapkan. Kami inginkan metoda pembelajarannya lebih ditingkatkan, keluar dari bayang-bayang metoda pembelajaran yang konservatif dan lebih berinteraksi dua arah terhadap siswa-sisiwinya. Ini adalah kritik membangun saya terhadap Sekolah Islam Al Syukro, sebagai bentuk kecintaan saya terhadap sekolah ini. (fdl)