Berdiri megah di atas lahan seluas 3 hektar lebih, Sekolah Islam Al Syukro-Otista, Ciputat, Tangerang Selatan memiliki campus yang serba luas, hijau dan asri. Bebas polusi udara dan polusi suara, adalah dua diantara banyak sekali keunggulan full day school ini.
Lahan seluas itu pun tidak hanya dibangun fasilitas infrastruktur berupa bangunan. Namun, ada setengah hektar lahannya yang justru ”dikembangkan” oleh para siswa didampingi para gurunya. Setengah hektar lahan itu tak lain adalah KEBUN SEKOLAH (AL SYUKRO FARMING AREA).
Menempati sisi sebelah Barat dari Gedung KB/TK Islam Al Syukro, KEBUN SEKOLAH menjadi kebanggaan tersendiri dari seluruh civitas campus, karena disinilah terjadi interaksi harmoni lingkungan yang selaras, antara siswa, guru dan (lingkungan) alam sekitar tempat mereka menimba ilmu pengetahuan.
”Saya yakin, hanya Sekolah Islam Al Syukro saja yang memiliki KEBUN SEKOLAH, dalam arti, para murid dan guru tidak hanya sebagai peneliti dan pemantau saja. Tapi, kami juga bertindak sebagai ”petani” dan gardener-nya sekaligus,” ujar Mawar.
Di KEBUN SEKOLAH ini, lanjutnya lagi, seluruh siswa turut menyiapkan bibit tanaman, menyiapkan lahan untuk ditanami, menanam bibit, menyirami, memberi pupuk, menyiangi rumput dan tanaman liarnya, memelihara perkembangan tanaman, merawat dan menjaga tanaman, hingga akhirnya tangan-tangan terampil para siswa dapat ikut juga merasakan nikmatnya memanen hasil tanaman mereka sendiri,” papar Ibu Mawar Elista SPd, Guru Sains yang sempat menjadi Koordinator Pembiasaan Gardening di SD Islam Al Syukro.
Gardening atau berkebun ini dilaksanakan seminggu sekali, setiap pagi hari sebelum memulai aktivitas pembelajaran di kelas. ”Waktunya pada pukul 07.15 hingga 08.00 wib,” ujar Mawar yang bangga karena para siswa nampak jelas dapat terlibat langsung dalam tanam-menanam sayuran di KEBUN SEKOLAH. ”Kalau sekolah-sekolah lain, mungkin mereka memiliki Green House, tapi mungkin tidak sepenuhnya para siswanya dapat terlibat atau dilibatkan secara langsung. Beda dengan KEBUN SEKOLAH di Al Syukro, yang memang melibatkan para siswa sejak awal untuk berkebun,” jelasnya.
Ditambahkan Mawar, untuk siswa SD kelas 1 sampai 3, mereka menanam bibit kacang tanah, dan mencatat serta memperhatikan dengan seksama hari demi hari, perkembangan pertumbuhan pohon kacang tanahnya.
Sedangkan siswa SD kelas 4 dan 5 dikhususkan untuk menanam jagung, dan memperhatikan struktur daun, batang, akar dan perkembang-biakan tanaman jagungnya. ”Adapun siswa kelas 6 SD ditiadakan program pembiasaan Gardening-nya karena mereka tengah konsisten untuk persiapan Ujian Akhir,” tukasnya.
PANEN KACANG TANAH dan JAGUNG
Menurut Mawar lagi, pihak sekolah sudah beberapa kali melakukan panen sayur-mayur di KEBUN SEKOLAH. Hasil panen ini, biasanya ada saja yang langsung membeli, tak terkecuali para staf dan karyawan Yayasan Wakaf Daar Asykaril ’Ibaad (YAWADA’I) juga para guru-guru itu sendiri. ”Untuk beberapa minggu ke depan, kami sudah siap untuk memanen kacang tanah. Kira-kira, dua hingga tiga minggu ke depan. Sedangkan untuk panen jagung, mungkin masih harus menunggu sekitar 1,5 bulan lagi,” ujarnya dengan ramah dan wajah berseri. (fdl)